Jumat, 29 Mei 2020
BAROKAH MADRASAH
Setelah enam tahun belajar di madrasah, Madrasah Tsanawiyah Darissalam Sumenep dan Madrasah Aliyah Darul Ulum 1 Pamekasan, saya mengenal lebih dekat lembaga madrasah di Yayasan Nurul Yaqin Paiton Probolinggo dengan status sebagai guru tugas dari Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar Pamekasan Madura.
Selama menjalani tugas sebagai guru tugas, di Yayasan Nurul Yaqin saya mengajar dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) serta Madrasah Aliyah (MA) dengan berbagai mata pelajaran menggantikan guru yang berhalangan mengajar. Selain mengajar, saya juga membantu pekerjaan adimistrasi di bagian Tata Usaha MTs Nurul Yaqin sebagai staff TU.
Selesai melaksanakan tugas sebagai Guru Tugas pada tahun 2008, saya melanjutkan studi strata satu (S-1) di Institut Agama Islam Nurul Jadid (Sekarang UNUJA). Di samping aktivitas saya sebagai mahasiswa, saya tetap mengabdi di Yayasan Nurul Yaqin sebagai staff administrasi di MTs Nurul Yaqin serta pengampu bidang studi Al-qur’an Hadits di MI dan MA Nurul Yaqin. Pada tahun 2009 saya dipercaya sebagai Kabag TU di MTs Nurul Yaqin setelah sebelumya menjabat sebagai staff selama tiga tahun.
Pada tahun 2015, setelah menyelesaikan pendidikan strata dua (S2) saya diangkat sebagai kepala MI Nurul Yaqin, di usia yang relatif muda (26 Tahun) sudah mengemban amanah yang cukup berat. Keadaan ini membuat saya sadar dengan tanggung jawab dan kapasitas diri yang belum mumpuni. Sehingga, sejak menjabat sebagai kepala pada tanggal 21 Januari 2015 saya mulai belajar dari para pendahulu saya, teman-teman kepala MI Kec. Paiton, serta bapak Pengawas Madrasah. Selain itu, saya juga mulai membangun komunikasi dan kerjasama dengan beberapa pihak, antara lain Yayasan Dana Sosial al-Falah (YDSF) Malang dan Kualita Pendidikan Indonesia (KPI) Surabaya guna peningkatan kompetensi diri dan pengembangan lembaga melalui program Akademi Kepala Sekolah (AKS) selama 2 Tahun, yakni 2016-2017 dengan kegiatan pelatihan dan pendampingan. Selain program AKS, kami juga berkesempatan mendapatkan fasilitas pelatihan “Guruku Hebat” untuk guru-guru dan pegawai di Yayasan Nurul Yaqin dari YDSF Malang.
Pada tahun 2018 MI Nurul Yaqin kembali menjalin kerjama dengan KPI Surabaya dengat mengikutsertakan dua guru pada kegiatan Diklat Guru Sekolah Dasar (DGSD) selama satu tahun. Kegiatan pelatihan ini diselenggarakan atas kerjasama KPI Surabaya dengan Kemenag Kab. Probolinggo.
Pada tahun 2018 MI Nurul Yaqin juga menjalin kerjasama dengan program Inovasi Australia setelah MI Nurul Yaqin terpilih menjadi salah satu Madrasah mitra. Selain itu, saya sebagai kepala Madrasah juga terpilih sebagai Fasilitator Daerah (FASDA) untuk menfasilitasi lembaga-lembaga Mitra di Kecamatan Paiton dalam pengembangan Inovasi pembelajaran.
Selama menjadi FASDA, banyak kegiatan dan pelatihan yang pernah kami ikuti, yaitu; Pelatihan Enumerator di Hotel Harris Surabaya, Workshop Pembelajaraan Inovasi di Harris Hotel Surabaya, Lokakarya Kepemimpinan Kepala Sekolah Mitra Inovasi di Harris Hotel Malang, serta menghadiri acara Forum Temu Inovasi mewakili kepala MI Swasta Provinsi Jawa Timur di Kemendikbud Jakarta.
Perjalanan panjang pengabdian saya di Yayasan Nurul Yaqin, mulai dari guru tugas, staff administrasi, kabag TU, tenaga pengajar, serta kepala Madrasah merupakan pengalaman dan pembelajaran yang sangat berarti dalam kehidupan saya, sebab banyak berkah yang saya dapatkan, antara lain yaitu:
1. Kuliah
Setelah menyelesai program pengabdian pesantren dengan manjadi guru tugas di Yayasan Nurul Yaqin, saya mulai bingung hendak kuliah di mana, sebab kondisi ekonomi keluarga tidak memungkinkan untuk membiayai perkuliahan saya. Namun, bersyukur sekali ketika mendapat tawaran dari keluarga besar Yayasan Nurul Yaqin untuk kembali mengabdi di sambil kuliah. Akhirnya, setelah mendapat persetujuan dari orang tua, saya putuskan untuk kembali mengabdi di Yayasan Nurul Yaqin sambil kuliah di Universitas Nurul Jadid.
Alhamdulillah ini semua berkah mengabdi di yayasan Nurul Yaqin, sehingga saya mampu menyelesaikan pendidikan tinggi saya bukan hanya di jenjang strata satu (S1), teapi juga di strata dua (S2) dengan biaya mandiri yang sisihkan sedikit demi sedikit dari gaji saya mengabdi di Yayasan Nurul Yaqin.
Capaian yang luar biasa, capaian maksimal bagi saya ketika mampu menyelesaikan kuliah S-2 dengan biaya mandiri tanpa bantuan dari orang tua. Sehingga, dengan demikian saya bisa membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk melanjutkan studi. Selama ada keinginan yang kuat serta ikhtiar yang maksimal, insyaaAlah Allah akan senantiasa memudahkannya.
2. Mengenal Orang-orang Shalih
Lembaga pendidikan di bwah naungan Yayasan Nurul Yaqin merupakan lembaga keislaman (Madrasah) dengan penekanan pada pemahaman dan pengamalan kegiatan melalui program pembiasaan dan pembinaan ubudiyah harian, seperti shalat dhuha, membaca al-quran, serta shalat dhuhur berjamah. Hal ini menuntut setiap pendidik menjadi teladan dalam merealisasikan kegiatan tersebut.
Selaian itu, yayasan Nurul Yaqin menjadi tempat berkumpulnya orang-orang shalih dengan berbagai latar belakang pendidikan, yakni alumni Pondok Pesantren dan alumni beberapa Perguruan Tinggi yang berkualitas. Sehingga, selama mengenal dan berinteraksi dengan mereka juga menjadi sebab pembentukan keperibadian dan pola pikir saya.
3. Figur Masyarakat
Selama mengajar di Yayasan Nurul Yaqin, terlebih setelah menjabat sebagai kepala MI Nurul Yaqin, wali murid dan masyarakat mengenal dan memanggil saya sebagai ustadz. Oleh karena itu, di dalam berbagai kegiatan keagaan di masyarakat, seperti tasyakuran, sarwa, tahlilan saya banyak terlibat, bukan hanya menjadi jamaah, tetapi beberapa kali memimpin kegiatan tersebut. Selain itu, di beberapa kegiatan masyarakat lain saya juga sering berpartisipasi, seperti menjadi MC pada acara walimatul ursy, memberikan tausiyah pada acra peringatan maulid nabi di masyarakat, memberikan sambutan perwakilan keluarga pada acara lamaran pertunangan ataupun pernikahan.
4. Ekonomi Cukup
Yayasan Nurul Yaqin mengelola lembaga swasta dengan pendapatan bergantung sepenuhnya kepada subsidi pemerintah berupa Bantuan Operasional Sekolah (BOS). dengan jumlah murid yang tidak terlalu banyak, tentu hal ini sangat mempengaruhi peroleh dana BOS yang memang diberikan berdasarkan jumlah siswanya. Sehingga, dengan pendapatan yang sedikit, maka sangat berpengaruh terhadap besaran gaji gurunya.
Selama mengabdi di Nurul Yaqin, saya pernah menerima gaji mulai dari Rp 65.000 hingga Rp 600.000 setiap bulan.
Jumlah pendapatan saya dari yayasan Nurul Yaqin tentu sangat tidak berimbang dengan kebutuhan dan biaya hidup selama satu bulan, mengingat saya harus menafkahi istri dan kedua anak saya. Namun, atas kuasa Allah kondisi ekonomi kami selalu cukup. Allah senantiasa memberi kami riski lain dari berbagai sumber yang sering tidak kami duga sebelumnya.
5. Membangun Jaringan
Sebuah kebanggaan tersendiri bagi ketika mampu berkhidmat dan berkontribuasi buat ummat, meskipun dalam kurun waktu yang tidak begitu lama. 12 Tahun mengabdi di Nurul Yaqin dengan berbagai tahap jenjang karir menjadi salah perantara saya bisa mengenal orang-orang yang hebat dari berbagai sektor, Seperti; Kemenag Kab. Probolinggo, Dinas Pendidikan Kab. Probolinggo, Metode Cepat Baca Al-Qur’an (Attanzil) Probolinggo, YDSF Malang, YDSF Surabaya, KPI Surabaya, Tim Inovasi Jawa Timur, Kepala Sekolah / Madrasah di Provinsi Jawa Timur.
Secara pribadi saya sangat bersyukur dan beruntung bisa mengenal dan membangun jaringan dengan pihak-pihak di atas. Dengan demikian, akses informasi, komunikasi serta silaturrahim saya tetap bisa terus berlanjut meskipun saya tidak lagi mengabdi di Yayasan Nurul Yaqin.
6. Menjadi PNS
Belum pernah terlintas sebelumnya dalam pikiran bahwa saya bakalan menjadi PNS. Selain karena memang di keluarga saya belum pernah ada yang menjadi PNS, saya memang belum pernah mencoba untuk mengikuti seleksi sebelumnya. Namun, atas saran dari beberapa teman dan persetujuan keluarga, di akhir masa jabatan saya sebagai kepala MI Nurul Yaqin saya bertekad untuk mengikuti seleksi CPNS 2018 dengan formasi Dosen Pendidikan Agama Islam Asisten Ahli di Institut Agama Islam Negeri Ternate Maluku Utara.
Antara yakin dan tidak dengan peluang kelulusannya. Mengingat, latar belakang saya yang murni dari guru pada madrasah, bukan dosen. Selain itu, jumlah pelamar yang cukup banyak, yakni tujuh orang pelamar, sedangkan formasi yang akan diterima hanyalah satu orang. Dengan berbekal tekad, dua kali saya terbang ke Ternate guna mengikuti selesksi CPNS dengan biaya perjalanan yang cukup mahal karena harus menempuh perjalanan darat dan udara. Alhamdulillah, nama saya tercantum dalam pengumuman resmi nama-nama yang dinyatakan lulus seleksi CPNS pada Kementerian Agama RI yang dirilis oleh Panitia Seleksi Nasional Pengadaan CPNS 2018 Badan Kepegawaian Negara (BKN) pada bulan Januri 2019.
Terhitung mulai tanggal 01 Maret 2019 saya menjadi CPNS Kemenerian Agama RI pada Satuan Kerja Institut Agama Islam Negeri Ternate Maluku Utara dengan jabatan Dosen Pendidikan Agama Islam Asisten Ahli. Dan Terhitung mulai tanggal 01 Maret 2020 saya resmi menjadi PNS berdasarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor: 012/In.16/Kp.00.3/02/2020 dengan NIP: 198806092019031004.
Kamis, 19 Januari 2012
About
Aenean leo ligula, porttitor eu, consequat vitae, eleifend ac, enim.
Aliquam lorem ante, dapibus in, viverra quis, feugiat a, tellus.
Phasellus viverra nulla ut metus varius laoreet. Quisque rutrum. Aenean
imperdiet. Etiam ultricies nisi vel augue. Curabitur ullamcorper
ultricies nisi. Nam eget dui. Etiam rhoncus. Maecenas tempus, tellus
eget condimentum rhoncus, sem quam semper libero, sit amet adipiscing
sem neque sed ipsum. Nam quam nunc, blandit vel, luctus pulvinar,
hendrerit id, lorem. Maecenas nec odio et ante tincidunt tempus. Donec
vitae sapien ut libero venenatis faucibus. Nullam quis ante.
Etiam sit amet orci eget eros faucibus tincidunt. Duis leo. Sed fringilla mauris sit amet nibh. Donec sodales sagittis magna. Sed consequat, leo eget bibendum sodales, augue velit cursus nunc, quis gravida magna mi a libero. Fusce vulputate eleifend sapien. Vestibulum purus quam, scelerisque ut, mollis sed, nonummy id, metus. Nullam accumsan lorem in dui. Cras ultricies mi eu turpis hendrerit fringilla. Vestibulum ante ipsum primis in faucibus orci luctus et ultrices posuere cubilia Curae; In ac dui quis mi consectetuer lacinia. Nam pretium turpis et arcu.
Etiam sit amet orci eget eros faucibus tincidunt. Duis leo. Sed fringilla mauris sit amet nibh. Donec sodales sagittis magna. Sed consequat, leo eget bibendum sodales, augue velit cursus nunc, quis gravida magna mi a libero. Fusce vulputate eleifend sapien. Vestibulum purus quam, scelerisque ut, mollis sed, nonummy id, metus. Nullam accumsan lorem in dui. Cras ultricies mi eu turpis hendrerit fringilla. Vestibulum ante ipsum primis in faucibus orci luctus et ultrices posuere cubilia Curae; In ac dui quis mi consectetuer lacinia. Nam pretium turpis et arcu.
Rabu, 18 Januari 2012
Pentingya Pendidikan Islam
I. Pendahuluan
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk mengenalkan Islam ini diutus Rasulullah SAW. Tujuan utamanya adalah memperbaiki manusia untuk kembali kepada Allah SWT. Oleh karena itu selam kurang lebih 23 tahun Rasulullah SAW membina dan memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT.
Manusia mendapat kehormatan menjadi khalifah di muka bumi untuk mengolah alam beserta isinya. Hanya dengan ilmu dan iman sajalah tugas kekhalifahan dapat ditunaikan menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seluruh makhluk-Nya. Tanpa iman akal akan berjalan sendirian sehingga akan muncul kerusakan di muka bumi dan itu akan membahayakan manusia. Demikian pula sebaliknya iman tanpa didasari dengan ilmu akan mudah terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seisinya.
Sedemikian pentingnya ilmu, maka tidak heran orang-orang yang berilmu mendapat posisi yang tinggi baik di sisi Allah maupun manusia. (QS. Al Mujadilah (58) : 11)
Bahkan syaithan kewalahan terhadap orang muslim yang berilmu, karena dengan ilmunya, ia tidak mudah terpedaya oleh tipu muslihat syaithan.
Muadz bin Jabal ra. berkata: “Andaikata orang yang beakal itu mempunyai dosa pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih bisa selamat dari dosa tersebut namun sebaliknya, andaikata orang bodoh itu mempunyai kebaikan dan kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya ia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji sawi.”
Ada yang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Ia menjawab, “Sesungguhnya jika orang berakal itu tergelincir, maka ia segera menyadarinya dengan cara bertaubat, dan menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang bodoh itu ibarat orang yang membangun dan langsung merobohkannya karena kebodohannya ia terlalu mudah melakukan apa yang bisa merusak amal shalihnya.”
Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia butuh terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT. Kemuliaan manusia terletak pada akal yang dianugerahi Allah. Akal ini digunakan untuk mendidik dirinya sehingga memiliki ilmu untuk mengenal penciptanya dan beribadah kepada-Nya dengan benar. Itulah sebabnya Rasulullah SAW menggunakan metode pendidikan untuk memperbaiki manusia, karena dengan pendidikanlah manusia memiliki ilmu yang benar. Dengan demikian, ia terhindar dari ketergelinciran pada maksiat, kelemahan, kemiskinan dan terpecah belah.
II. Pentingnya Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. Tak heran bila kini pemerintah mewajibkan program belajar 9 tahun agar masyarakat menjadi pandai dan beradab. Pendidikan juga merupakan metode pendekatan yang sesuai dengan fitrah manusia yang memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan.
Pendidikan Islam memiliki 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu: tilawah (membacakan ayat Allah), tazkiyah (mensucikan jiwa) dan ta’limul kitab wa sunnah (mengajarkan al kitab dan al hikmah). Pendidikan dapat merubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik disebabkan pendidikan mempunyai kelebihan. Pendidikan mempunyai ciri pembentukan pemahaman Islam yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah dipelajarinya, pengembangan atas ilmu yang diperolehnya dan agar tetap pada rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal.
Pendidikan Islam berpadu dalam pendidikan ruhiyah, fikriyah (pemahaman/pemikiran) dan amaliyah (aktivitas). Nilai Islam ditanamkan dalam individu membutuhkan tahpan-tahapan selanjutnya dikembangkan kepada pemberdayaan di segala sektor kehidupan manusia. Potensi yang dikembangkan kemudian diarahkan kepada pengaktualan potensi dengan memasuki berbagai bidang kehidupan. (QS. Ali Imran (3) : 103)
Pendidikan yang diajarkan Allah SWT melalui Rasul-Nya bersumber kepada Al Qur’an sebagai rujukan dan pendekatan agar dengan tarbiyah akan membentuk masyarakat yang sadar dan menjadikan Allah sebagai Ilah saja.
Kehidupan mereka akan selamat di dunia dan akhirat. Hasil ilmu yang diperolehnya adalah kenikmatan yang besar, yaitu berupa pengetahuan, harga diri, kekuatan dan persatuan.
Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah agar manusia memiliki gambaran tentang Islam yang jelas, utuh dan menyeluruh.
Interaksi di dalam diri ini memberi pengaruh kepada penampilan, sikap, tingkah laku dan amalnya sehingga menghasilkan akhlaq yang baik. Akhlaq ini perlu dan harus dilatih melalui latihan membaca dan mengkaji Al Qur’an, sholat malam, shoum (puasa) sunnah, berhubungan kepada keluarga dan masyarakat. Semakin sering ia melakukan latihan, maka semakin banyak amalnya dan semakin mudah ia melakukan kebajikan. Selain itu latihan akan menghantarkan dirinya memiliki kebiasaan yang akhirnya menjadi gaya hidup sehari-hari.
III. Kesinambungan dalam Pendidikan Islam
Pendidikan Islam dalam bahasa Arab disebut tarbiyah Islamiyah merupakan hak dan kewajiban dalam setiap insan yang ingin menyelamatkan dirinya di dunia dan akhirat. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai akhir hayat.” Maka menuntut ilmu untuk mendidik diri memahami Islam tidak ada istilah berhenti, semaki banyak ilmu yang kita peroleh maka kita bertanggung jawab untuk meneruskan kepada orang lain untuk mendapatkan kenikmatan berilmu, disinilah letak kesinambungan.
Selain merupakan kewajiban, kegiatan dididik dan mendidik adalah suatu usaha agar dapat memiliki ma’dzirah (alasan) untuk berlepas diri bila kelak diminta pertanggungjawaban di sisi Allah SWT yakni telah dilakukan usaha optimal untuk memperbaiki diri dan mengajak orang lain pada kebenaran sesuai manhaj yang diajarkan Rasulullah SAW.
Untuk menghasilkan Pendidikan Islam yang berkesinambungan maka dibutuhkan beberapa sarana, baik yang mendidik maupun yang dididik, yaitu:
1. Istiqomah
Setiap kita harus istiqomah terus belajar dan menggali ilmu Allah, tak ada kata tua dalam belajar, QS. Hud (11) : 112, QS. Al Kahfi (18) : 28
2. Disiplin dalam tanggung jawab
Dalam belajar tentu kita membutuhkan waktu untuk kegiatan tersebut. sekiranya salah satu dari kita tidak hadir, maka akan mengganggu proses belajar. Apabila kita sering bolos sekolah, apakah kita akan mendapatkan ilmu yang maksimal. Kita akan tertinggal dengan teman-teman kita, demikian pula dengan guru, apabila ia sering membolos tentu anak didiknya tidak akan maju karena pelajaran tidak bertambah.
3. Menyuruh memainkan peran dalam pendidikan
Setiap kita dituntut untuk memerankan diri sebagai seorang guru pada saat-saat tertentu, memerankan fungsi mengayomi, saat yang lainnya berperan sebagai teman. Demikiannya semua peran digunakan untuk memaksimalkan kegiatan pendidikan.
Referensi :
1. Tarbiyah Islamiyah Harokiyah, DR. Irwan Prayitno
2. Tarbiyah Menjawab Tantangan, Mahfudz Siddiq
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk mengenalkan Islam ini diutus Rasulullah SAW. Tujuan utamanya adalah memperbaiki manusia untuk kembali kepada Allah SWT. Oleh karena itu selam kurang lebih 23 tahun Rasulullah SAW membina dan memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT.
Manusia mendapat kehormatan menjadi khalifah di muka bumi untuk mengolah alam beserta isinya. Hanya dengan ilmu dan iman sajalah tugas kekhalifahan dapat ditunaikan menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seluruh makhluk-Nya. Tanpa iman akal akan berjalan sendirian sehingga akan muncul kerusakan di muka bumi dan itu akan membahayakan manusia. Demikian pula sebaliknya iman tanpa didasari dengan ilmu akan mudah terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seisinya.
Sedemikian pentingnya ilmu, maka tidak heran orang-orang yang berilmu mendapat posisi yang tinggi baik di sisi Allah maupun manusia. (QS. Al Mujadilah (58) : 11)
Bahkan syaithan kewalahan terhadap orang muslim yang berilmu, karena dengan ilmunya, ia tidak mudah terpedaya oleh tipu muslihat syaithan.
Muadz bin Jabal ra. berkata: “Andaikata orang yang beakal itu mempunyai dosa pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih bisa selamat dari dosa tersebut namun sebaliknya, andaikata orang bodoh itu mempunyai kebaikan dan kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya ia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji sawi.”
Ada yang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Ia menjawab, “Sesungguhnya jika orang berakal itu tergelincir, maka ia segera menyadarinya dengan cara bertaubat, dan menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang bodoh itu ibarat orang yang membangun dan langsung merobohkannya karena kebodohannya ia terlalu mudah melakukan apa yang bisa merusak amal shalihnya.”
Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia butuh terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT. Kemuliaan manusia terletak pada akal yang dianugerahi Allah. Akal ini digunakan untuk mendidik dirinya sehingga memiliki ilmu untuk mengenal penciptanya dan beribadah kepada-Nya dengan benar. Itulah sebabnya Rasulullah SAW menggunakan metode pendidikan untuk memperbaiki manusia, karena dengan pendidikanlah manusia memiliki ilmu yang benar. Dengan demikian, ia terhindar dari ketergelinciran pada maksiat, kelemahan, kemiskinan dan terpecah belah.
II. Pentingnya Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. Tak heran bila kini pemerintah mewajibkan program belajar 9 tahun agar masyarakat menjadi pandai dan beradab. Pendidikan juga merupakan metode pendekatan yang sesuai dengan fitrah manusia yang memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan.
Pendidikan Islam memiliki 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu: tilawah (membacakan ayat Allah), tazkiyah (mensucikan jiwa) dan ta’limul kitab wa sunnah (mengajarkan al kitab dan al hikmah). Pendidikan dapat merubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik disebabkan pendidikan mempunyai kelebihan. Pendidikan mempunyai ciri pembentukan pemahaman Islam yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah dipelajarinya, pengembangan atas ilmu yang diperolehnya dan agar tetap pada rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal.
Pendidikan Islam berpadu dalam pendidikan ruhiyah, fikriyah (pemahaman/pemikiran) dan amaliyah (aktivitas). Nilai Islam ditanamkan dalam individu membutuhkan tahpan-tahapan selanjutnya dikembangkan kepada pemberdayaan di segala sektor kehidupan manusia. Potensi yang dikembangkan kemudian diarahkan kepada pengaktualan potensi dengan memasuki berbagai bidang kehidupan. (QS. Ali Imran (3) : 103)
Pendidikan yang diajarkan Allah SWT melalui Rasul-Nya bersumber kepada Al Qur’an sebagai rujukan dan pendekatan agar dengan tarbiyah akan membentuk masyarakat yang sadar dan menjadikan Allah sebagai Ilah saja.
Kehidupan mereka akan selamat di dunia dan akhirat. Hasil ilmu yang diperolehnya adalah kenikmatan yang besar, yaitu berupa pengetahuan, harga diri, kekuatan dan persatuan.
Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah agar manusia memiliki gambaran tentang Islam yang jelas, utuh dan menyeluruh.
Interaksi di dalam diri ini memberi pengaruh kepada penampilan, sikap, tingkah laku dan amalnya sehingga menghasilkan akhlaq yang baik. Akhlaq ini perlu dan harus dilatih melalui latihan membaca dan mengkaji Al Qur’an, sholat malam, shoum (puasa) sunnah, berhubungan kepada keluarga dan masyarakat. Semakin sering ia melakukan latihan, maka semakin banyak amalnya dan semakin mudah ia melakukan kebajikan. Selain itu latihan akan menghantarkan dirinya memiliki kebiasaan yang akhirnya menjadi gaya hidup sehari-hari.
III. Kesinambungan dalam Pendidikan Islam
Pendidikan Islam dalam bahasa Arab disebut tarbiyah Islamiyah merupakan hak dan kewajiban dalam setiap insan yang ingin menyelamatkan dirinya di dunia dan akhirat. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai akhir hayat.” Maka menuntut ilmu untuk mendidik diri memahami Islam tidak ada istilah berhenti, semaki banyak ilmu yang kita peroleh maka kita bertanggung jawab untuk meneruskan kepada orang lain untuk mendapatkan kenikmatan berilmu, disinilah letak kesinambungan.
Selain merupakan kewajiban, kegiatan dididik dan mendidik adalah suatu usaha agar dapat memiliki ma’dzirah (alasan) untuk berlepas diri bila kelak diminta pertanggungjawaban di sisi Allah SWT yakni telah dilakukan usaha optimal untuk memperbaiki diri dan mengajak orang lain pada kebenaran sesuai manhaj yang diajarkan Rasulullah SAW.
Untuk menghasilkan Pendidikan Islam yang berkesinambungan maka dibutuhkan beberapa sarana, baik yang mendidik maupun yang dididik, yaitu:
1. Istiqomah
Setiap kita harus istiqomah terus belajar dan menggali ilmu Allah, tak ada kata tua dalam belajar, QS. Hud (11) : 112, QS. Al Kahfi (18) : 28
2. Disiplin dalam tanggung jawab
Dalam belajar tentu kita membutuhkan waktu untuk kegiatan tersebut. sekiranya salah satu dari kita tidak hadir, maka akan mengganggu proses belajar. Apabila kita sering bolos sekolah, apakah kita akan mendapatkan ilmu yang maksimal. Kita akan tertinggal dengan teman-teman kita, demikian pula dengan guru, apabila ia sering membolos tentu anak didiknya tidak akan maju karena pelajaran tidak bertambah.
3. Menyuruh memainkan peran dalam pendidikan
Setiap kita dituntut untuk memerankan diri sebagai seorang guru pada saat-saat tertentu, memerankan fungsi mengayomi, saat yang lainnya berperan sebagai teman. Demikiannya semua peran digunakan untuk memaksimalkan kegiatan pendidikan.
Referensi :
1. Tarbiyah Islamiyah Harokiyah, DR. Irwan Prayitno
2. Tarbiyah Menjawab Tantangan, Mahfudz Siddiq
Langganan:
Komentar (Atom)

